Sipat Datar Memanjang
Sipat Datar memnjang adalah suatu pekerjaan penipatan datar untuk memperoleh suatu rangkaian atau jaring-jaring titik tinggi tetap.lihat gambar.
Keterangan ganbar :
A, B = titik yang akan dicari beda tingginya
1, 2, 3, ........n = titik bantu, sebagai titik berdirinya rambu/baak ukur
I1, I2, I3,.....In = titik berdirinya instrumen
a 1, a2, a3,...an = angka baca pada rambu/baak ukur belakang
b 1, b2, b3,...bn = angka baca pada rambu/baak ukur depan
Tinggi titik-titik di aras tanah ditentukan berdasarkan suatu bidang referensi yang pada umumnya adalah bidang nivo yang berimpit dengan permukaan air laut rata-rata (M.S.L) yang disebut geoid. Sebenarnya tinggi suatu titik diukur sepanjang garis arah gaya berat ( unting-unting ) yang melalui titik bersangkutan. Garis arah gaya berat memotong bidang nivo tegak lurus, sedangkan bentuk bidang nivo tergantung pada gaua berat. Kenyataan bahwa harga gaya berat bervariasi di setiap titik tergantung penyebaran massa bumi, maka menyebabkan bidang nivo tidak saling sejajar satu sama lain, tidak berpotongan tetapi saling melingkupi. Oleh karena itu dua titik sama tinggi, tidak terletak pada satu bidang datar, tetapi terletak pada bidang nivo yang sama. Jadi beda tinggi antara dua titik adalah sama dengan selisih kedua bidang nivo yang melalui kedua titik tersebut.
Jika jarak antara titik A dan B relatif jauh ( lebih dari 30 km ), tidak dapat diukur beda tingginya dengan satu kali berdiri instrumen, maka dilakukan suatu pengukuran sipat datar memanjang antar dua titik tersebut dengan titik-titik bantu 1, 2, 3, 4, .......dan seterusnya seperti gambar diatas.
Pelaksanaan pengukuran adalah sebagai berikut :
1. Mula-mula intrumen diletakkan antara titik A dan titik 1, dibaca tinggi garis “visir” pada rambu/baak ukur, misalnya pembacaan rambu/baak ukur depan adalah a1 dan pembacaan rambu/baak ukukr belakang adalah b1, maka diperoleh selisih tinggi antara dua titik A dan 1 sebesar : Ϫ h1 = a1 – b1
2. Instrumen dipindahkan dan diletakkan antara titik 1 dan titik 2, dari pembacaan diperoleh beda tinggi sebesar : Ϫ h2 = a2 – b2
Demikian seterusnya sampai titik akhir ( titik B ). Sehingga beda tinggi antara titik A dan B adalah jumlah beda tinggi dari bagian-bagian sipat datar antara kedua titik tersebut. Ϫ hAB = € a - € b.
Apabila titik A diketahui tingginya A = HA, maka tinggi setiap titik adalah :
Titik (1) = HA + Ϫ h1
Titik (2) = H2 = HA + Ϫ h1 + Ϫ h2
Titik (3) = H3 = HA + Ϫ h1 + Ϫ h2 + Ϫ h3
............ = ...................
Titik B = HB = HA + Ϫ h1 + Ϫ h2 + Ϫ h3 + ..............+ Ϫ hn
Atau
HB = HA + ( € a - € b )
Sipat datar memanjang dari A ke B dinamakan sipatdatar memanjang sejalan atau tunggal, apabila diadakan pengukuran kembali dari B ke A dinamakan sipat datar pergi-pulang, dimana pengukuran pergi dilakukan pagi hari dan pengukuran pilang dilakukan sore hari. Apabila titik-titik perantara ( 1, 2, 3, ...........sampai n ) tidak perlu dicari ketinggiannya, maka pengukuran pegi dan pulang tidak perlu melalui titik-titik perantara yang sama, asalkan saja tiap seksi harus dengan jumlah slag yang genap. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya pengaruh kesalahan pembagian skala/titik nol pada rambu karena aus.
Comments :
0 komentar to “Sipat Datar Memanjang”
Posting Komentar